Akt. Biaya

1.1            LATAR BELAKANG
Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang merupakan sumbangsih menusia untuk menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu. Tenaga kerja merupakan satu elemen terpenting dalam setiap perusahaan atau entitas usaha. Suatu produk tidak akan tercipta tanpa adanya salah satu faktor produksi ini. Oleh karena itu, keberadaan tenaga kerja sangatlah vital dalam sebuah perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa. Tenaga kerja perusahaan yang telah mengabdikan dirinya pada perusahaan tertentu tentunya akan mendapatkan imbalan berupa gaji atau upah yang sesuai dengan kinerja dan prestasi masing-masing tenaga kerja.
Selain berfokus pada imbalan yang akan diberikan kepada tenaga yang telah memberikan tenaganya pada perusahaan tersebut, perusahaan juga harus memperhatikan produktivitas yang ada pada perusahaan tersebut, jangan sampai manajemen perusahaan membiarkan produktivitas perusahaannya menurun. Karena hal ini akan menimbulkan dampak yang buruk bagi keberlangsungan hidup perusahaan. Produktivitas perusahaan yang meningkat akan meningkatkan hasil output yang dihasilkan oleh perusahaan, walaupun peningkatan tidak dalam jumlah kuantitas paling tidak kualitas barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat naik.
Setelah meningkatnya produktivitas perusahaan dianggap sebuah prestasi, tenaga kerja akan menerima imbalan yang sesuai pekerjaan. Tenaga kerja akan menerima insentif dari perusahaan yang artinya juga akan meningkatkan taraf hidup tenaga kerja.

1.2            RUMUSAN MASALAH
            Makalah berjudul “TENAGA KERJA : PENGENDALIAN DAN AKUNTANSI BIAYA”, dibuat karena terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya manusia dalam sebuah proses produksi, yaitu tenaga kerja. Berkaitan dengan judul makalah diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

            1.2.1        Mengapa produktivitas dalam perusahaan harus terus ditingkatkan?
            1.2.2        Haruskahkah insentif diberikan kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan produktivitas?
            1.2.3        Apa Pengaturan akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengendalian?

     1.3            TUJUAN
          Makalah berjudul “TENAGA KERJA : PENGENDALIAN DAN AKUNTANSI BIAYA”, ini dibuat untuk mengetahui:
1.3.1   
Alasan produktivitas dalam perusahaan harus terus ditingkatkan.
            1.3.2        Harus atau tidaknya pemberian insentif kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan produktivitas.
            1.3.3        Pengaturan akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengendalian.

     1.4            MANFAAT
            Berdasarkan data-data diatas diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis serta pembaca makalah ini untuk mengetahui:
            1.4.1    Alasan produktivitas dalam perusahaan harus terus ditingkatkan.
            1.4.2        Harus atau tidaknya pemberian insentif kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan produktivitas.
            1.4.3        Pengaturan akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengenda
                                                       BAB II
PEMBAHASAN

          2.1       Alasan Produktivitas dalam Perusahaan Harus Terus ditingkatkan.

     Produktivitas tenaga kerja merupakan prestasi produksi dengan menggunakan tenaga kerja sebagai tolok ukur. Produktivitas merupakan jumlah produk atau jasa yang dihasilkan seorang pekerja atau dengan kata lain sebagai efisiensi yang mengubah sumber daya manusia menjadi suatu produk atau jasa.
Produktivitas harus dapat diukur, dapat dianalisis, dapat dipahami dan dapat dibuat laporan yang akurat. Pengukuran produktivitas tujuannya adalah untuk menampilkan suatu indeks yang lebih akurat guna membandingkan hasil sesungguhnya dengan standar prestasi yang ditetapkan. Pengukuran yang paling umum diterapkan adalah kuantitas keluaran per jam kerja, yang hanya memperhitungkan satu masukan saja, yaitu pekerja. Pengukuran seperti inimempunyai titik lemah, karena mengabaikan faktor-faktor lain, seperti manajemen, peralatan yang digunakan, produk dan jasa yang digunakan dalam proses produksi dan modal yang digunakan.
Produktivitas dapat dicapai dengan membuat proses produksi lebih efisien melalui eliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah: dengan memperbaiki, memodernisaasi, atau mengganti peralatan: atau dengan pendekatan lain yang memperbaiki pemanfaatan sumber daya.
Tujuan dari pengukuran produktivitas adalah untuk memberikan indeks yang padat dan akurat guna membandinkan hasil aktual dengan suatu target atau standar kinerja. Pengukuran produktivitas sebaiknya mengakui kontribusi individual atas faktor-faktor seperti karyawan (termasuk manajemen), pabrik dan peralatan, produk dan jasa yang digunakan, modal yang di investasikan serta pelayanan pemerintah yang digunakan.
Begitu pentingnya peningkatan produktivitas bagi perusahaan dan perekaonomian, sehingga perusahaan terus memacu kegiatan produksi mereka untuk memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi. Hal ini tidak mustahil dilakukan karena peningkatan produktivitas sendiri akan membawa dampak bagi perusahaan. Berikut ini adalah dampak ekonomi dan produktivitas:
·         Apabila produktivitas meningkat, laba bisnis dan pendapatan riil pekerja juga meningkat.
·         Peningkatan produktivitas memungkinkan masyarakat untuk memperoleh output yang lebih banyak dan lebih baik dari sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut.
·         Produktivitas meningkat, menyebabkan lebih banyaka barang dan jasa tersedia. Tetapi kadang-kadang keuntungan produktivitas menurun.
·         Apabila peningkatan output tidak dapat mengimbangi kecepatan peningkatan biaya, maka biaya per unit dan juga harga jual akan meningkat.
·         Jika harga dipertahankan agar tidak naik, maka penigkatan upah harus mencerminkan pengurangan biaya perunit yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas.
·         Apabila biaya upah, gaji dan tunjangan meningkat lebih tinggi dari output atau produksi perjam tenaga kerja, maka akan terjadi inflasi yaitu harga yang lebih tinggi untuk menutup biaya perunit yang juga lebih tinggi.              
            Peningkatan produktivitas sesuai yang diinginkan oleh perusahaan memang membutuhkan pengorbanan yang besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Produktivitas dapat dicapai dengan mulai merencanakannya dengan matang, seperti membebankan tanggung jawab kepada manajer untuk menerapkan rencana tersebut dan tentunya harus didukung oleh semua pihak didalamnya, rencana sebaiknya konsisiten dengan rencana lain yang ada, seperti anggaran operasi dan rencana untuk investasi modal, riset, teknologi dan pengembangan karyawan.

  2.2            Pemberian Insentif kepada Tenaga Kerja Saat Perusahaan Mengalami Kenaikan Produktivitas.

Dalam industri yang menghasilkan produk massal dan mempunyai banyak karyawan, upah dibayarkan berdasarkan kontrak kerja, telaah produktivitas, evaluasi kerja upah yang terjamin dan upah insentif yang dibayarkan setelah pekerjaan selesai. Diperlukan standar kerja yang adil, sehingga upah insentif yang diterima pekerja dapat bermanfaat dengan baik. Penerapan rencana upah insentif ini memerlukan koordinasi antara departemen personalia, serikat pekerja, akuntan biaya.
Untuk dapat menerapkan upah insentif dengan baik, harus: a). seorang pekerja memungkinkan menghasilkan produk atau jasa melebihi hasil yang distandarkan, b). memberikan balas jasa yang memadai c). rencana upah insentif harus dipahami oleh pekerja d). membuat suatu standar insentif yang adil.
Tujuan rencana upah insentif adalah untuk mendorong produktivitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang lebih banyak, meningkatkan penghasilan yang lebih besar, bagi perusahaan untuk mendapatkan biaya per-unit lebih rendah. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi seharusnya semakin kecil biaya per-unit untuk biaya gabungan dari overhead pabrik dan tenaga kerja. Rencana upah insentif ini berusaha untuk menjamin hasil keluaran yang lebih banyak, pengendalian biaya tenaga yang lebih cermat, menetapkan dasar tarif upah insentif yang dibayarkan.
Contoh: C.V. Bakti Nusa mempunyai karyawan sebanyak 10 orang, mereka bekerja selama 8 jam per hari, dimana masing-masing pekerja dapat menghasilkan produk “A” sebanyak 80 unit, atau 10 unit per jam. Tarif per-jam yang dibayarkan sebesar Rp. 3.000. untuk meningkatkan penghasilan karyawan dan dapat menekan biaya per-unit perusahaan akan menerapkan insentif , dengan memberikan tarif per-jam Rp. 3.150 apabila seorang pekerja dapat menghasilkan produk sebanyak 90 unit per-hari. Biaya lain yang dikeluarkan adalah biaya bahan baku sebesar Rp. 500 per-unit dan biaya overhead pabrik Rp. 200 per-unit.





Bahan Baku                               =                                              = Rp. 500
Tenaga Kerja (sblm insentif)      = 10 x Rp. 3000 : 80 unit        = Rp. 375
Overhead Pabrik                                    =                                              = Rp. 200

Tenaga Kerja (stlh insentif)        = 10 x Rp. 3150 : 90 unit        = Rp. 350
        
Dengan naiknya tarif biaya pekerja dari Rp. 3.000 per-jam menjadi Rp. 3.150 per-jam, namun biaya per-unit turun dari Rp. 1.075 menjadi Rp. 1.050. Penurunan biaya per-unit ini disebabkan dua factor yaitu: unit yang dihasilkan naik 12,5 % , sedangkan kenaikan biaya tenaga kerja hanya sebesar 5 %.
         Contoh diatas memberikan gambaran pada kita bahwa dengan penerapan upah insentif dalam sebuah perusahaan, mayoritas akan menurunkan biaya per-unit produk yang dihasilkan serta akan memotivasi pekerja untuk menghasilkan produk yang lebih banyak dan lebih baik.
Berikut ini adalah jenis-jenis rencana pemberian upah insentif:
1.      Rencana unit kerja langsung (Straight Piecework Plan)
Adalah salah satu rencana pemberian insentif yang paling sederhana, yaitu membayar upah diatas tarif dasar untuk produksi diatas standar.
2.      Rencana bonus seratus persen
Standar tidak dinyatakan dalam uang, melainkan dalam waktu per-unit output. Daripada menggunakan suatu harga per-unit, digunakan waktu standar yang diperbolehkan untuk menyelesaikan satu unit dan pekerja dibayar berdasarkan waktu standar dikalikan tariff per-jam jika unit diselesaikan dalam waktu standar atau kurang.
3.      Rencana Bonus kelompok
Rencana bonus kelompok, seperti rencana bonus yang didesain untuk pemberian insentif individual dimaksudkan untuk, mendorong produksi pada tarif di atas standar.
4.      Rencana Insentif Organisasi
Rencana insentif organisasi dalam praktiknya adalh semua individu memiliki kapasitas untuk memberikan kontribusi yang berharga kepada suatu organisasi.


2.3            Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja dan Pengendalian

Dalam akuntansi biaya tenaga kerja, ada 3 aktivitas yang harus dilakukan:
1.      Mengukur tenaga kerja: pada industri manufaktur digunakan dua cara pengukuran waktu kerja yaitu: a). menggunakan kartu kehadiran, menggunakan mesin atau secara manual, b). menggunakan kartu tugas kerja, yaitu setiap waktu tugas dalam pekerjaan dicatat.
2.      mempersiapkan daftar gaji: menentukan besarnya upah masing-masing karyawan, mengurangi segala macam potongan yang berkaitan dengan upah.
Jurnal:
Gaji dan Upah                                        xxx
               Utang Gaji dan Upah                                      xxx
Piutang Karyawan                                          xxx
Asuransi Karyawan                                         xxx
Pajak Penghasilan                                           xxx

3.      Mengalokasikan Biaya Tenaga Kerja: umumnya tugas ini dilakukan oleh departemen akuntansi, karena hal ini menyangkut keseluruhan karyawan baik bagian produksi maupun non-produksi.

                        Jurnal:
                        Produk Dalam Proses                          xxx
Pengendali Overhead Pabrik              xxx
Beban Gaji Pemasaran                        xxx
Beban Gaji Administrasi                     xxx
Gaji dan Upah                                                 xxx
              
BAB III
   PENUTUP

            3.1       KESIMPULAN
3.1.1        Produktivitas perusahaan harus terus dijaga dan ditingkatkan, agar perusahaan terus berkembang dan dapat mendapatkan biaya yang lebih kecil sehingga mendapatkan laba yang lebih tinggi.
3.1.2        Pemberian insentif untuk karyawan sangatlah penting jika karyawan dapat memproduksi barang atau jasa melebihi yang telah distandarkan hal ini untuk lebih memotivasi karyawan agar dapat bekerja lebih baik lagi.
3.1.3        Untuk menerapkan akuntansi biaya tenaga kerja yang baik pada sebuah perusahaan harus didukung oleh dokumen-dokumen atau catatan-catatan pendukung yang akurat, selain itu juga diperlukan koordinasi antar departemen agar akuntansi biaya tenaga kerja perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik .

3.2        SARAN
3.2.1        Produktivitas harus terus dijaga dan terus dipantau agar perjalanan perusahaan dalam mencapai kesuksesan dapat tercapai.
3.2.2        Upah insentif sebaiknya terus diberikan ketika perusahaan mencapai kenaikan produktivitas karena hal ini tidak terlepas dari andil besar para karyawan.
3.2.3        Departemen-departemen yang berkepentingan dalam akuntansi biaya tenaga kerja harus saling koordinasi dan bekerja sama dengan baik agar pencatatan hingga pembayaran upah tenaga kerja dapat berjalan dengan lancar.          






DAFTAR PUSTAKA
·         Bustami, Bastian; Nurlela. 2006. AKUNTANSI BIAYA: KAJIAN TEORI DAN APLIKASI. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
·         Carter. K. William. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Tidak ada komentar: