Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang
merupakan sumbangsih menusia untuk menghasilkan suatu produk atau jasa
tertentu. Tenaga kerja merupakan satu elemen terpenting dalam
setiap perusahaan atau entitas usaha. Suatu produk tidak akan tercipta tanpa
adanya salah satu faktor produksi ini. Oleh karena itu, keberadaan tenaga kerja
sangatlah vital dalam sebuah perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa.
Tenaga kerja perusahaan yang telah mengabdikan dirinya pada perusahaan tertentu
tentunya akan mendapatkan imbalan berupa gaji atau upah yang sesuai dengan
kinerja dan prestasi masing-masing tenaga kerja.
Selain berfokus pada imbalan yang akan
diberikan kepada tenaga yang telah memberikan tenaganya pada perusahaan
tersebut, perusahaan juga harus memperhatikan produktivitas yang ada pada
perusahaan tersebut, jangan sampai manajemen perusahaan membiarkan
produktivitas perusahaannya menurun. Karena hal ini akan menimbulkan dampak
yang buruk bagi keberlangsungan hidup perusahaan. Produktivitas
perusahaan yang meningkat akan meningkatkan hasil output yang dihasilkan oleh
perusahaan, walaupun peningkatan tidak dalam jumlah kuantitas paling tidak
kualitas barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut dapat naik.
Setelah meningkatnya produktivitas
perusahaan dianggap sebuah prestasi, tenaga kerja akan menerima imbalan yang
sesuai pekerjaan. Tenaga kerja akan menerima insentif dari perusahaan yang
artinya juga akan meningkatkan taraf hidup tenaga kerja.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah berjudul “TENAGA KERJA : PENGENDALIAN DAN
AKUNTANSI BIAYA”,
dibuat karena terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya manusia
dalam sebuah proses produksi, yaitu tenaga kerja. Berkaitan dengan judul
makalah diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.2.1
Mengapa produktivitas dalam
perusahaan harus terus ditingkatkan?
1.2.2
Haruskahkah
insentif diberikan kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan
produktivitas?
1.2.3
Apa Pengaturan
akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengendalian?
1.3
TUJUAN
Makalah berjudul “TENAGA KERJA : PENGENDALIAN DAN
AKUNTANSI BIAYA”,
ini dibuat untuk mengetahui:
1.3.1
Alasan produktivitas dalam perusahaan harus terus
ditingkatkan.
1.3.2
Harus atau tidaknya pemberian
insentif kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan produktivitas.
1.3.3
Pengaturan
akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengendalian.
1.4
MANFAAT
Berdasarkan data-data diatas
diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis serta pembaca
makalah ini untuk mengetahui:
1.4.1
Alasan produktivitas dalam perusahaan harus terus ditingkatkan.
1.4.2
Harus atau tidaknya pemberian
insentif kepada tenaga kerja saat perusahaan mengalami kenaikan produktivitas.
1.4.3
Pengaturan
akuntansi untuk biaya tenaga kerja dan pengenda
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Alasan
Produktivitas dalam Perusahaan Harus Terus ditingkatkan.
Produktivitas tenaga kerja merupakan
prestasi produksi dengan menggunakan tenaga kerja sebagai tolok ukur.
Produktivitas merupakan jumlah produk atau jasa yang dihasilkan seorang pekerja
atau dengan kata lain sebagai efisiensi yang mengubah sumber daya manusia
menjadi suatu produk atau jasa.
Produktivitas harus dapat diukur,
dapat dianalisis, dapat dipahami dan dapat dibuat laporan yang akurat.
Pengukuran produktivitas tujuannya adalah untuk menampilkan suatu indeks yang
lebih akurat guna membandingkan hasil sesungguhnya dengan standar prestasi yang
ditetapkan. Pengukuran yang paling umum diterapkan adalah kuantitas keluaran
per jam kerja, yang hanya memperhitungkan satu masukan saja, yaitu pekerja.
Pengukuran seperti inimempunyai titik lemah, karena mengabaikan faktor-faktor
lain, seperti manajemen, peralatan yang digunakan, produk dan jasa yang
digunakan dalam proses produksi dan modal yang digunakan.
Produktivitas dapat dicapai dengan
membuat proses produksi lebih efisien melalui eliminasi aktivitas yang tidak
memberikan nilai tambah: dengan memperbaiki, memodernisaasi, atau mengganti
peralatan: atau dengan pendekatan lain yang memperbaiki pemanfaatan sumber
daya.
Tujuan dari pengukuran produktivitas
adalah untuk memberikan indeks yang padat dan akurat guna membandinkan hasil
aktual dengan suatu target atau standar kinerja. Pengukuran produktivitas
sebaiknya mengakui kontribusi individual atas faktor-faktor seperti karyawan
(termasuk manajemen), pabrik dan peralatan, produk dan jasa yang digunakan,
modal yang di investasikan serta pelayanan pemerintah yang digunakan.
Begitu pentingnya peningkatan
produktivitas bagi perusahaan dan perekaonomian, sehingga perusahaan terus
memacu kegiatan produksi mereka untuk memperoleh tingkat produktivitas yang
tinggi. Hal ini tidak mustahil dilakukan karena peningkatan produktivitas
sendiri akan membawa dampak bagi perusahaan. Berikut ini adalah dampak ekonomi
dan produktivitas:
·
Apabila
produktivitas meningkat, laba bisnis dan pendapatan riil pekerja juga
meningkat.
·
Peningkatan
produktivitas memungkinkan masyarakat untuk memperoleh output yang lebih banyak
dan lebih baik dari sumber daya yang tersedia dalam perekonomian tersebut.
·
Produktivitas
meningkat, menyebabkan lebih banyaka barang dan jasa tersedia. Tetapi
kadang-kadang keuntungan produktivitas menurun.
·
Apabila
peningkatan output tidak dapat mengimbangi kecepatan peningkatan biaya, maka
biaya per unit dan juga harga jual akan meningkat.
·
Jika
harga dipertahankan agar tidak naik, maka penigkatan upah harus mencerminkan
pengurangan biaya perunit yang disebabkan oleh peningkatan produktivitas.
·
Apabila
biaya upah, gaji dan tunjangan meningkat lebih tinggi dari output atau produksi
perjam tenaga kerja, maka akan terjadi inflasi yaitu harga yang lebih tinggi
untuk menutup biaya perunit yang juga lebih tinggi.
Peningkatan produktivitas sesuai yang diinginkan oleh perusahaan memang
membutuhkan pengorbanan yang besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Produktivitas dapat dicapai dengan mulai merencanakannya dengan matang, seperti
membebankan tanggung jawab kepada manajer untuk menerapkan rencana tersebut dan
tentunya harus didukung oleh semua pihak didalamnya, rencana sebaiknya
konsisiten dengan rencana lain yang ada, seperti anggaran operasi dan rencana
untuk investasi modal, riset, teknologi dan pengembangan karyawan.
2.2
Pemberian Insentif kepada Tenaga Kerja Saat Perusahaan
Mengalami Kenaikan Produktivitas.
Dalam industri yang menghasilkan
produk massal dan mempunyai banyak karyawan, upah dibayarkan berdasarkan
kontrak kerja, telaah produktivitas, evaluasi kerja upah yang terjamin dan upah
insentif yang dibayarkan setelah pekerjaan selesai. Diperlukan standar kerja
yang adil, sehingga upah insentif yang diterima pekerja dapat bermanfaat dengan
baik. Penerapan rencana upah insentif ini memerlukan koordinasi antara
departemen personalia, serikat pekerja, akuntan biaya.
Untuk dapat menerapkan upah insentif
dengan baik, harus: a). seorang pekerja memungkinkan menghasilkan produk atau
jasa melebihi hasil yang distandarkan, b). memberikan balas jasa yang memadai
c). rencana upah insentif harus dipahami oleh pekerja d). membuat suatu standar
insentif yang adil.
Tujuan rencana upah insentif adalah
untuk mendorong produktivitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang lebih
banyak, meningkatkan penghasilan yang lebih besar, bagi perusahaan untuk
mendapatkan biaya per-unit lebih rendah. Semakin banyak jumlah unit yang
diproduksi seharusnya semakin kecil biaya per-unit untuk biaya gabungan dari
overhead pabrik dan tenaga kerja. Rencana upah insentif ini berusaha untuk
menjamin hasil keluaran yang lebih banyak, pengendalian biaya tenaga yang lebih
cermat, menetapkan dasar tarif upah insentif yang dibayarkan.
Contoh: C.V. Bakti Nusa mempunyai karyawan
sebanyak 10 orang, mereka bekerja selama 8 jam per hari, dimana masing-masing
pekerja dapat menghasilkan produk “A” sebanyak 80 unit, atau 10 unit per jam.
Tarif per-jam yang dibayarkan sebesar Rp. 3.000. untuk meningkatkan penghasilan
karyawan dan dapat menekan biaya per-unit perusahaan akan menerapkan insentif ,
dengan memberikan tarif per-jam Rp. 3.150 apabila seorang pekerja dapat
menghasilkan produk sebanyak 90 unit per-hari. Biaya lain yang dikeluarkan
adalah biaya bahan baku sebesar Rp. 500 per-unit dan biaya overhead pabrik Rp.
200 per-unit.
Bahan
Baku
=
= Rp. 500
Tenaga Kerja (sblm insentif) =
10 x Rp. 3000 : 80 unit = Rp. 375
Overhead
Pabrik
=
= Rp. 200
Tenaga Kerja (stlh
insentif) = 10 x Rp. 3150 : 90
unit = Rp. 350
Dengan naiknya tarif biaya pekerja dari Rp. 3.000 per-jam
menjadi Rp. 3.150 per-jam, namun biaya per-unit turun dari Rp. 1.075 menjadi
Rp. 1.050. Penurunan biaya per-unit ini disebabkan dua factor yaitu: unit yang
dihasilkan naik 12,5 % , sedangkan kenaikan biaya tenaga kerja hanya sebesar 5
%.
Contoh
diatas memberikan gambaran pada kita bahwa dengan penerapan upah insentif dalam
sebuah perusahaan, mayoritas akan menurunkan biaya per-unit produk yang
dihasilkan serta akan memotivasi pekerja untuk menghasilkan produk yang lebih
banyak dan lebih baik.
Berikut ini adalah jenis-jenis rencana pemberian upah
insentif:
1. Rencana unit kerja langsung
(Straight Piecework Plan)
Adalah
salah satu rencana pemberian insentif yang paling sederhana, yaitu membayar
upah diatas tarif dasar untuk produksi diatas standar.
2. Rencana bonus seratus persen
Standar
tidak dinyatakan dalam uang, melainkan dalam waktu per-unit output. Daripada
menggunakan suatu harga per-unit, digunakan waktu standar yang diperbolehkan
untuk menyelesaikan satu unit dan pekerja dibayar berdasarkan waktu standar
dikalikan tariff per-jam jika unit diselesaikan dalam waktu standar atau
kurang.
3. Rencana Bonus kelompok
Rencana
bonus kelompok, seperti rencana bonus yang didesain untuk pemberian insentif
individual dimaksudkan untuk, mendorong produksi pada tarif di atas standar.
4. Rencana Insentif Organisasi
Rencana
insentif organisasi dalam praktiknya adalh semua individu memiliki kapasitas
untuk memberikan kontribusi yang berharga kepada suatu organisasi.
2.3
Akuntansi untuk
Biaya Tenaga Kerja dan Pengendalian
Dalam akuntansi
biaya tenaga kerja, ada 3 aktivitas yang harus dilakukan:
1.
Mengukur tenaga kerja: pada industri
manufaktur digunakan dua cara pengukuran waktu kerja yaitu: a). menggunakan
kartu kehadiran, menggunakan mesin atau secara manual, b). menggunakan kartu
tugas kerja, yaitu setiap waktu tugas dalam pekerjaan dicatat.
2.
mempersiapkan daftar gaji:
menentukan besarnya upah masing-masing karyawan, mengurangi segala macam
potongan yang berkaitan dengan upah.
Jurnal:
Gaji dan
Upah
xxx
Utang Gaji dan Upah
xxx
Piutang
Karyawan
xxx
Asuransi
Karyawan
xxx
Pajak
Penghasilan
xxx
3.
Mengalokasikan Biaya Tenaga Kerja:
umumnya tugas ini dilakukan oleh departemen akuntansi, karena hal ini
menyangkut keseluruhan karyawan baik bagian produksi maupun non-produksi.
Jurnal:
Produk Dalam
Proses
xxx
Pengendali Overhead
Pabrik
xxx
Beban Gaji
Pemasaran
xxx
Beban Gaji
Administrasi
xxx
Gaji
dan
Upah
xxx
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
3.1.1
Produktivitas perusahaan harus terus
dijaga dan ditingkatkan, agar perusahaan terus berkembang dan dapat mendapatkan
biaya yang lebih kecil sehingga mendapatkan laba yang lebih tinggi.
3.1.2
Pemberian insentif untuk karyawan
sangatlah penting jika karyawan dapat memproduksi barang atau jasa melebihi
yang telah distandarkan hal ini untuk lebih memotivasi karyawan agar dapat
bekerja lebih baik lagi.
3.1.3
Untuk menerapkan akuntansi biaya
tenaga kerja yang baik pada sebuah perusahaan harus didukung oleh
dokumen-dokumen atau catatan-catatan pendukung yang akurat, selain itu juga
diperlukan koordinasi antar departemen agar akuntansi biaya tenaga kerja
perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik .
3.2
SARAN
3.2.1
Produktivitas harus terus dijaga dan
terus dipantau agar perjalanan perusahaan dalam mencapai kesuksesan dapat
tercapai.
3.2.2
Upah insentif sebaiknya terus
diberikan ketika perusahaan mencapai kenaikan produktivitas karena hal ini tidak
terlepas dari andil besar para karyawan.
3.2.3
Departemen-departemen yang
berkepentingan dalam akuntansi biaya tenaga kerja harus saling koordinasi dan
bekerja sama dengan baik agar pencatatan hingga pembayaran upah tenaga kerja
dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bustami,
Bastian; Nurlela. 2006. AKUNTANSI BIAYA:
KAJIAN TEORI DAN APLIKASI. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
·
Carter.
K. William. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta:
Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar